Selasa, 21 Desember 2010

Besarkah Uang Rp. 100.000 Itu???

Sabtu, 18 Desember 2010.
Seusai Shalat Maghrib jamaah dengan isteri, kami memutuskan untuk mencari udara segar (jalan-jalan). Kebetulan hari itu langit tampak cerah dengan  beberapa bintang yang menghiasinya (terlihat di langit Jababeka).
Kami pun sudah siap dengan jeaket dan baju hangat. Aku mengenakan jaket kulit yang biasanya kupakai. Jaket kulit hitam yang kubeli sekitar tiga bulan yang lalu itu dari seorang pedagang kelilling yang mengaku dari Bandung. Awalnya, waktu itu ia menawarkan dengan harga dua ratus ribuan (kalau gak salah), tapi gak tahu bagaimana negosiasinya kok isteriku bisa mambawa jaket itu dengan harga tujuh puluh lima ribu rupiah. Sadis betul nawarnmya. hehehe... :) tapi gak apa-apa lah toh si tukang jaketnya juga setuju.

Kembali ke jalan cerita....
Jam 7 kurang seperempat, kami berdua sudah jalan dengan menunggangi se Revi (Motor Revo-ku). Ku arahkan si revo menyusuri Jalan Niaga Raya ke arah Cikarang Baru.
"Jeng, mau makan apa"? Tanyaku memecah kebuntuan.
"Apa aja Akang, tapi Si Dede katanya pengen Cumi Asam Manis, Hehehe.."Jawabnya.
"Ah Bukan Si Dede kali, Ibunya yang mau itu mah, hahaha..." Tembalku menyahuti isteriku yang sekarang sedang mengandung kurang lebihsebulan itu.
Setelah melewati jembatan Jalan Kasuari Raya, Aku belokkan motorku ke Arah Rumah Makan Sea Food (Namanya lupa, yang jelas ada kata "Sinar Garut-nya". Di sana kami hanya membeli satu porsi cumi asam manis, satu buah ayam goreng dan satu timbel nasi uduk, totalnya Rp. 29.000.
Gede juga sih kalau buat sekali makan, pikirku.

Setelah pesanan diterima, kami langsung meluncur ke arah jalan pulang. Di jalan kami berhenti karena melihat ada tukang otak-otal bakar. Kebetulan sekali, soalnya udah dua hari isteriku ingin makan otak-otak bakar dan aku belum bisa mengabulkanya karena selalu gak ketemu itu tukang otak-otaknya(takutnya ngidam).

Ketika kami sedang memilih-milih otak-otak, datang lah sepasang muda-mudi  kisaran 20 tahunan menungggangi Yamaha Vixion. Yang perempunya memakai baju pink dan yang laki-lakinya memakai jaket hijau. 
"Bang, Lima Ribu yah". pinta si perempuan.
"Iya Neng, Campur ama yang bulat ga?" kata si abang penjual.
"Nggak usah, Yang lanjar aja". Jawab si Perempuan.
Si abang otak-otakpun melayani pesanan muda-mudi itu dan lalu menungkusnya dengan kresek hitam dan memberikannya pada perempuan berbaju pink itu.
"Ini Bang!", Si Perempuan itu menyodorkan selembar uang seratus ribuan.
"Aduh uangnya gede banget Neng! Ga ada yang pas emang??" Jawab Si Abang otak-otak.
Si Perempuan melirik ke Si Pria yang lagi memboncengnya seraya berkata, "Emang segini gede ya???
Buset nih anak bilang kayak gitu, Pikirku. Kayak ngeremehin banget ama uang seratus ribu. OK lah kalau uang itu hasil jerih payah dia, mungkin penghasilan dari kerjanya gede banget kali. tapi gimana kalau uang itu hasil keringat orang tuanya?? Apa dia ga bisa berfikir jernih, bagaimana susahnya mendapat uang segitu. Apa dia ga melihat kalau di luaran sana jangankan seartus ribu, untuk mendapatkan uang lima ribu saja orang rela bekerja dari pagi sampe sore?? Sungguh ironis, sungguh tertera jurang pemisah antar si kaya dan si miskin. Bahkan saya pernah baca tentang tulisan seseorang di sebuah blog nya, bahwa ia memiliki seorang teman yang sudah memiliki titel Master. Tetapi sampai beberapa tahun temannya itu masih juga belum memiliki perkerjaan. Ngelamar ke sana-sini hasilnya nihil dan ada saja alasan perusahaan menolak dia. Hingga Akhirnya temannya itu bilang, kalau dia mau bekerja apa saja asalkan dia bisa makan dan gak membebani orang tuanya. Dan saya yakin, kejadian itu ga dialami cuma sama  satu orang. Masih banyak orang lain yang mengalami hal yang sama. Seoarng Jebolan S2 saja segitu susahnya untuk mencari sesuap nasi!!!
Mudah-mudahan menjadi sebuah renungan bagi kita bahwa mencari uang itu susah. Bahkan orang rela menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Syukuri apa yang kita miliki, dan janganlah berlaku sombong, karena itu akan membwa kepada jalan yang tak diridoi Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar